Sabtu, 21 April 2012

SEJARAH PENEMUAN MATEMATIKA


Konsep perhitungan matematika telah berkembang sejak jaman Mesir kuno, Mesopotamia, dan Yunani. Menurut Prof. Marcus Du Sautoy Tembok Besar Cina adalah prestasi luar biasa dari teknik pembangunan. Setelah mereka mulai membangun, orang Cina mulai menyadari bahwa mereka harus membuat perhitungan tentang jarak,sudut elevansi, dan jumlah material. Ketika seorang matematikawan ingin meghitung penjumlahan maka mereka menggunakan batang bambu kecil. Batang itu disusun untuk mewakili angka satu sampai sembilan, kemudian angka-angka tersebut di tempatkan dalam kolom dimana setiap kolom mewakili satuan,puluhan,ratusan dan ribuan. Misalnya 924 diwakili dengan meletakkan 4 pada satuan,2 pada puluhan, 9 pada ratusan. Inilah yang disebut sistem nilai desimal. Namun Cina belum memiliki simbol untuk nol. Saat menggunakan batang untuk menghitung, mereka menggunakan ruang kosong untuk membangkan angka nol. Mereka memiliki kepercayaan bahwa angka memiliki kekuatan mistis. Angka ganjil dianggap sebagai laki-laki dan angka genap dianggap sebagai perempuan. Dan angka delapan dianggap sebagai angka keberuntungan.
Pada 1809, ketika menganalisis batu yang disebut Pallas, Carl Friedrich Gauss menemukan kembali metode Cina yang telah ada sejak dulu yang dikenal dengan teorema sisa Cina. Contohnya seorang wanita di pasar memiliki nampan telur, tapi ia tidak tau berapa jumlah telur yang dimiliki. Bila telur disusun dalam deret tiga, maka akan sisa satu. Bila disusun dalam deret lima maka akan sisa dua. Dan bila disusun dalam deret tujuh akan sisa tiga. Kemudian orang Cina dapat menemukan cara sistematis untuk menghitung bahwa jumlah telur dalam nampan sebanyak 52. Pada abad 6, teorema sisa Cina telah digunakan dalam astronomi Cina kuno untuk mengukur pergerakan planet. Matematikawan yang terkenal adalah Qin Juishao. Beliau adalah seorang administator kekaisaran yang berulang kali dipecat karena menggelapkan uang pemerintahan. Namun beliau memiliki prestasi yaitu beliau menemukan cara untuk memecahkan persamaan kubik. Dan pada abad ke-17 Isaac Newton datang dengan metode pendekatan yang sangat mirip.
Pada pertengahan abad ke-3, India telah menemukan manfaat dari sistem tempat nilai desimal. Di Mesir, Mesopotamia, dan Cina telah menggunakan nol sebagai pengganti ruang kosong dalam angka. Kemudian India menyimbolkan nol. Mungkin ide awal penggunaan nol berasal dari  perhitungan yang mereka lakukan dengan batu di pasir. Ketika batu-batu itu diambil dari perhitungan maka terdapat lubang kecil bundar yang tersisa di tempatnya, mewakili gerakan dari sesuatu. Pada abad ke-7, Brahmagupta matematikawan brilian India membuktikan beberapa sifat penting dari nol, yaitu satu ditambah nol sama dengan satu, satu dikurangi nol sama dengan satu, satu kali nol sama dengan nol. Namun Brahmagyupta mengalami kesulitan saat membagi satu dengan nol. Kemudian seorang matematikawan bernama Baskara menemukan bahwa semua angka apabila dibagi dengan nol hasilnya adalah tak terhingga. Selain itu Brahmagupta menggunakan pemahaman tentang angka negatif untuk menyelesaikan persamaan kuadrat, menurutnya persamaan kuadrat selalu memiliki dua solusi yang salah satunya bisa jadi negatif. Matematikawan India bertanggung jawab membuat penemuan baru yang mendasar dalam teori trigonometri. Meskipun pertama kali dikembangkan oleh orang Yunani kuno, namun lebih berkembang saat diteliti oleh matematikawan India. Penemuan terbaik adalah tentang segitiga siku-siku. Fungsi sinus memungkinkan untuk menghitung jarak saat kita tidak dapat membuat pengukuran yang akurat. Fungsi ini digunakan dalam arsitektur dan rekayasa. Orang India menggunakannya untuk survei tanah di sekitar mereka, mengarungi lautan dan memetakan kedalaman ruang itu sendiri. Para astronom India  menggunakan trigonometri untuk bekerja di luar jarak relatif antara Bumi dan bulan dan Bumi dan matahari. Kita hanya dapat membuat perhitungan saat bulan setengah penuh, karena itu ketika berada di seberang matahari, sehingga matahari, bulan dan Bumi membuat segitiga siku-siku. Sekarang, orang India bisa mengukur bahwa sudut antara matahari dan observatorium adalah satu-tujuh derajat. Fungsi sinus satu-tujuh derajat memberi saya rasio 400:1. Ini berarti matahari adalah 400 kali lebih jauh dari Bumi dibanding bulan. Jadi dengan menggunakan trigonometri, para ahli matematika India dapat mengeksplorasi tata surya tanpa harus meninggalkan permukaan Bumi. Madhava adalah matematikawan yang menemukan konsep tak terbatas. Contohnya seseorang yang naik perahu memulai dari nol ke satu. Untuk sampai ke satu ia harus melewati setengah perjalanan,kemudian setengah dari setengah perjalanan yaitu seperempat, kemudian setengah dari seperempat perjalanan yang tersisa, dan seterusnya hingga terbagi semakin kecil tak terbatas.
Pi adalah rasio keliling lingkaran terhadap diameternya. Ini adalah nomor yang muncul dalam berbagai perhitungan matematika, tetapi sangat berguna untuk insinyur, karena setiap pengukuran yang melibatkan kurva juga memerlukan pi. Pada abad ke-6 seorang matematikawan asal India yang bernama Aryabhata menemukan nilai Pi yang sangat akurat yaitu 3,1416. Kemudian beliau menggunakan Pi untuk mengukur keliling bumi. Namun rumus untuk Pi ditemukan pada abad ke-17 oleh Leibniz yang berasal dari Jerman.
Para ulama muslim dikumpulkan untuk menterjemahkan teks kuno yang berasal dari Mesir,Babel, Yunani dan India. kemudian mereka mengembangkan ilmu yang mereka dapat. Perhitungan matematika digunakan untuk menghitung waktu sholat dan arah Mekah untuk berdoa dan menggunakan pola geometris untuk mendirikan bangunan. Seorang matematikawan yang bernama Al-Khwarizmi yang berasal dari Persia menemukan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Selain itu beliau menciptakan bahasa matematika baru yaitu aljabar. Dan juga ada matematikawan bernama Omar Khayyam yang mengungkapkan ada macam yang berbeda dari persamaan kubik.
Pada abad ke-13, dipimpin oleh Italia, Eropa mulai mengeksplorasi dan berdagang dengan bangsa Timur. Seorang matematikawan bernama Leonardo of Pisa atau yang dikenal sebagai Fibonacci memperkenalkan sistem nomor baru yang lebih sederhana dibandingkan angka Romawi. Fibonacci terkenal dengan penemuan deret Fibonacci, yang muncul ketika ia mencoba memecahkan teka-teki tentang kebiasaan kawin kelinci.
Pada abad ke-16 terdapat Universitas Bologna di Italia. Salah satu mahasiswanya yang bernama Tartaglia berhasil menemukan rumus untuk menyelesaikan satu jenis persamaan kubik. Selain Tartaglia matematikawan bernama Fior mengatakan bahwa ia juga dapat memecahkan persamaan kubik. Tartaglia berhasil menemukan rumus untuk memecahkan semua jenis persamaan kubik. Seorang matematikawan asal Milan meminta Tartaglia memberitau formulanya, kemudian ia memberikannya dengan syarat Cardano tidak boleh mempublikasikannya. Namun Cardano membahas fomula tersebut dengan Ferrari. Kemudian Ferrari menggunakan formula itu untuk menyelesaikan persamaan quartic.  Karya Tartaglia dan solusi dari Ferrari kemudian dikenal sebagai rumus Cardano.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...